Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Ngobrol santai seputar pengadaan
Ngobrol santai seputar pengadaan
Mengikuti pelatihan pengadaan tidak sekadar hadir dan menandatangani daftar hadir — bagi banyak profesional pengadaan, pelatihan adalah kesempatan berharga untuk meningkatkan kompetensi teknis, memperbarui pemahaman terhadap regulasi, dan memperluas jaringan profesional. Bidang Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) dinamis: peraturan berubah, praktik terbaik berevolusi, dan teknologi baru (e-procurement, data analytics) mulai memengaruhi cara kerja sehari-hari. Oleh karena itu, mengikuti pelatihan secara efektif berarti mengambil manfaat maksimal dari waktu, tenaga, dan investasi yang dikeluarkan organisasi atau individu. Pelatihan yang efektif akan meningkatkan kemampuan menyusun dokumen tender, menilai risiko kontrak, menegakkan prinsip transparansi, serta menangani kasus-kasus praktis di lapangan.
Pendahuluan ini sekaligus menegaskan tujuan artikel: memberi panduan praktis dan teruji agar peserta pelatihan pengadaan — mulai pejabat pengadaan, panitia, PPK, hingga staf pendukung — mampu mengoptimalkan proses pembelajaran. Artikel ini tidak fokus pada materi hukum atau pedoman teknis tertentu, melainkan pada bagaimana mengikuti pelatihan sehingga ilmu yang diperoleh benar-benar dapat diimplementasikan. Konten akan membahas persiapan pra-pelatihan, teknik belajar aktif saat sesi, cara memanfaatkan fasilitator dan rekan peserta, teknik pencatatan dan manajemen waktu, latihan praktik, sumber belajar tambahan, evaluasi diri pasca-pelatihan, dan strategi mengatasi kendala umum.
Setiap bagian disusun agar bisa langsung diterapkan: checklist tindakan konkret, contoh pertanyaan yang patut diajukan, sampai tips membangun rencana tindak lanjut. Pendekatan ini penting karena pelatihan yang hanya bersifat teoritik tanpa tindak lanjut kecil kemungkinan menghasilkan perubahan perilaku di tempat kerja. Akhirnya, pembaca diharapkan keluar dari pelatihan pengadaan tidak hanya dengan sertifikat, tetapi juga dengan rencana aplikasi nyata — bagaimana menerapkan satu atau dua perubahan konkret dalam 30–90 hari setelah pelatihan. Mari kita mulai dengan langkah pertama: memahami tujuan dan kurikulum pelatihan sebelum Anda mendaftar atau hadir.
Sebelum mengikuti pelatihan pengadaan, langkah pertama yang sering terlewatkan adalah memahami tujuan dan isi kurikulum secara mendetail. Banyak peserta mendaftar berdasarkan judul acara tanpa mengecek apakah konten relevan dengan kebutuhan pekerjaan mereka. Jadikan checklist berikut sebagai panduan: (1) Apa kompetensi utama yang akan disampaikan? (2) Apakah materi berfokus pada regulasi, praktik operasional, manajemen kontrak, atau sistem elektronik? (3) Siapa target peserta penyelenggara — pemula, menengah, atau tingkat lanjutan? (4) Siapa fasilitatornya dan apa rekam jejak mereka? Dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini Anda bisa menilai kecocokan antara kebutuhan Anda dan tawaran pelatihan.
Memahami tujuan bukan hanya soal kecocokan materi, tetapi juga gambaran hasil yang ingin dicapai: apakah pelatihan bertujuan transfer pengetahuan, sertifikasi kompetensi, atau studi kasus berbasis simulasi? Jika tujuannya sertifikasi, Anda perlu memeriksa standar kompetensi yang digunakan dan bobot evaluasinya. Jika tujuannya studi kasus dan pembelajaran experiential, pastikan ada proporsi praktik yang cukup — peserta umumnya memperoleh manfaat lebih besar bila materi diikuti dengan latihan praktis dan diskusi kasus nyata.
Perhatikan juga struktur kurikulum: apakah disusun modular (mis. pengadaan perencanaan → pengadaan → evaluasi → manajemen kontrak), berjenjang, atau tematik (mis. pengadaan jasa konstruksi)? Jadwal harian membantu menentukan fokus energi Anda: sesi pagi biasanya teori, sore praktik; susunan ini memengaruhi persiapan Anda (mis. membawa dokumen contoh untuk latihan). Selanjutnya, pahami metode pengajarannya: ceramah panjang tanpa interaksi jauh berbeda manfaatnya dibanding diskusi interaktif, role-play, atau workshop kelompok.
Terakhir, cari tahu dukungan pasca-pelatihan yang disediakan: akses materi rekaman, forum alumni, mentoring, atau template dokumen pengadaan. Dukungan ini memperbesar peluang transfer learning ke tempat kerja. Jika penyelenggara tidak menyediakannya, rencanakan sendiri follow-up (mis. sesi internal sharing atau pilot project) untuk memaksimalkan pengembalian dari waktu dan biaya yang Anda keluarkan. Singkatnya: paham tujuan dan kurikulum = peta yang membuat perjalanan belajar Anda lebih produktif.
Persiapan pra-pelatihan mencakup dua aspek utama: logistik dan kesiapan mental. Secara logistik, periksa lokasi, durasi, agenda harian, dan materi yang perlu dibaca sebelumnya. Jika pelatihan daring, pastikan koneksi internet stabil, perangkat (laptop/tablet) terisi penuh, kamera & mikrofon berfungsi, dan lingkungan kerja mendukung (ruangan tenang, headset). Untuk pelatihan tatap muka, rencanakan transportasi, akomodasi jika perlu, dan bawa perlengkapan: notebook, pulpen, charger, salinan regulasi terkait, dan contoh dokumen pengadaan yang relevan. Menyiapkan dokumen nyata (RKS, HPS, Berita Acara) memberi keuntungan besar saat sesi praktik karena Anda bisa langsung menerapkan konsep ke kasus nyata.
Aspek mental sering dilupakan namun krusial. Masuklah ke ruang belajar dengan tujuan spesifik: 1–3 hasil nyata yang ingin Anda capai. Contoh: “Saya ingin mampu menulis RKS yang meminimalkan pertanyaan evaluasi” atau “Saya ingin memahami cara menghitung HPS untuk paket jasa konsultansi.” Tujuan ini menuntun fokus dan membantu Anda menilai keberhasilan pelatihan. Selain itu, siap mental berarti siap berpartisipasi aktif: mengajukan pertanyaan, berbagi pengalaman, dan menerima feedback — jangan jadi peserta pasif yang hanya menunggu materi lewat.
Baca bahan persiapan jika disediakan: pedoman pengadaan, regulasi terbaru, atau case brief. Membaca sebelumnya membuat Anda lebih percaya diri dalam diskusi dan memudahkan mencerna materi lanjutan. Juga, siapkan daftar pertanyaan konkret yang ingin dijawab oleh fasilitator — prioritaskan topik yang berhubungan langsung dengan kendala di tempat kerja. Jika Anda memiliki keterbatasan waktu, rangkum pertanyaan kunci ke dalam 5 poin prioritas agar tidak terlewat.
Terakhir, atur ekspektasi dengan atasan atau tim. Beritahu tujuan Anda kepada manajemen dan minta dukungan pasca-pelatihan (waktu untuk menerapkan pembelajaran, akses ke dokumen atau proyek pilot). Dukungan organisasi adalah faktor determinan apakah hasil pelatihan akan diimplementasikan atau hanya berhenti pada sertifikat. Kesimpulannya: persiapan matang sebelum pelatihan meningkatkan peluang hasil nyata yang berguna di lapangan.
Belajar aktif berarti Anda mengambil peran proaktif dalam proses pembelajaran — bukan sekadar mendengarkan. Selama sesi, praktikkan teknik berikut:
Manfaatkan diskusi kelompok untuk berbagi kasus riil. Ketika fasilitator membagi peserta ke kelompok, ambil peran aktif: jadi notulen, presenter, atau analisis risiko. Peran-peran ini memaksa Anda berpikir struktur dan mempraktikkan komunikasi teknis. Untuk sesi teori, buat pertanyaan kritis yang dapat diuji dalam konteks organisasi Anda: “Apakah prosedur X masih relevan di proyek dengan dana donor?” Pertanyaan semacam ini memicu diskusi yang lebih mendalam dibandingkan penerimaan materi pasif.
Catat dengan teknik yang mendukung recall: jangan hanya menulis verbatim. Gunakan format Cornell atau mind-map yang memisahkan fakta, analisis, dan tindakan. Tambahkan kolom “action” dimana Anda menuliskan satu tindakan spesifik yang akan Anda lakukan setelah pelatihan terkait poin itu. Contoh: setelah sesi HPS, tulis: “Action: hitung ulang HPS paket A minggu depan dan bandingkan dengan HPS historis.” Teknik ini memastikan pembelajaran berorientasi implementasi.
Jangan takut membawa kasus nyata Anda ke kelas (dengan menjaga kerahasiaan bila perlu). Fasilitator yang baik akan membantu menjembatani teori ke praktik. Selain itu, perhatikan bahasa tubuh dan nada fasilitator: kalau mereka menekankan sesuatu berulang, itu biasanya area yang sering bermasalah di praktik dan patut mendapat perhatian lebih.
Terakhir, gunakan momen tanya jawab sebagai momen pembuktian: tanyakan “what if” scenarios untuk menguji fleksibilitas aturan. Dengan belajar aktif Anda tidak sekadar mengumpulkan informasi, melainkan membangun kemampuan menyelesaikan problem pengadaan secara praktis.
Pelatihan adalah ekosistem ilmu: fasilitator membawa wawasan dan peserta membawa pengalaman lapangan. Untuk memaksimalkan jaringan ini, bangun hubungan profesional sejak awal. Perkenalkan diri dengan jelas: sebutkan instansi, peran, dan tantangan utama yang Anda hadapi. Ini memudahkan fasilitator mengarahkan contoh dan peserta lain mengenali potensi kolaborasi. Di sela sesi, gunakan kesempatan coffee break untuk berdialog—tanyakan pengalaman peserta lain, minta contoh praktik yang berhasil, dan tawarkan kontak untuk follow-up.
Saat berinteraksi dengan fasilitator, gunakan prinsip “ask smart”: ajukan pertanyaan yang konkret, berbasis fakta, dan relevan. Hindari pertanyaan terlalu umum seperti “bagaimana caranya pengadaan?” Lebih baik tanya: “Dalam kasus X, apakah perbedaan langkah antara pelelangan dan penunjukan langsung?” Fasilitator menghargai pertanyaan berkualitas dan seringkali memberi contoh praktis yang tidak terdapat di modul. Jika Anda menginginkan bimbingan lebih intensif, minta waktu singkat untuk konsultasi satu-satu setelah sesi—banyak fasilitator menyediakan waktu untuk mentoring singkat.
Untuk sesi daring, manfaatkan chat dan breakout rooms. Ketika bicara di ruang virtual, singkatkan perkenalan dan langsung ke inti pertanyaan karena waktu seringkali terbatas. Gunakan fitur share screen untuk menunjukkan dokumen Anda jika meminta feedback. Catat juga kontak peserta yang relevan untuk kolaborasi pasca-pelatihan: mereka bisa menjadi sounding board ketika Anda menguji praktik baru di kantor.
Bangun etika interaksi: dengarkan aktif, hormati giliran bicara, dan berikan umpan balik yang konstruktif. Ingat bahwa peserta lain adalah sumber kasus nyata yang kaya; keterbukaan dalam berbagi pengalaman seringkali menghasilkan solusi yang dapat diadaptasi dengan cepat. Network yang kuat seringkali lebih bernilai daripada satu sesi teori karena hubungan ini membuka akses ke praktik terbaik dan dokumentasi yang berguna.
Waktu pelatihan sering terasa singkat — materi padat dan kesempatan bertanya terbatas. Untuk itu, manajemen waktu selama sesi penting. Gunakan agenda harian untuk memprioritaskan sesi mana yang memerlukan perhatian penuh dan mana yang cukup dicatat ringkas. Jangan terpancing masuk ke detail minor pada sesi yang tidak relevan dengan tujuan Anda. Saat fasilitator mengumumkan sesi praktis, luangkan waktu ekstra karena biasanya itu momen transfer paling substansial.
Teknik mencatat efektif meningkatkan retensi dan memudahkan implementasi. Metode Cornell cocok bagi pelatihan: bagi halaman menjadi tiga zona — catatan utama, ringkasan, dan pertanyaan/tindakan. Di zona tindakan, tulis minimal satu tindakan konkret per topik. Misalnya: untuk topik evaluasi penawaran, tindakan bisa berupa “Merevisi template matriks evaluasi teknis minggu depan.” Format ini membantu Anda melompat dari teori ke aksi.
Rekam sesi jika diperbolehkan. Rekaman memungkinkan Anda meninjau kembali bagian rumit tanpa menulis secara verbatim. Jika tidak boleh merekam, minta slide atau materi sebelum/dan sesudah sesi sehingga Anda dapat menandai bagian penting saat presentasi. Gunakan simbol untuk mempercepat pencatatan: “!” untuk insight penting, “?” untuk hal yang perlu ditanyakan, dan “A” untuk action. Ini mempercepat review pasca-pelatihan.
Untuk manajemen waktu post-session, tetapkan blok 1–2 jam dalam 48 jam setelah pelatihan untuk mentransformasikan catatan menjadi rencana tindak lanjut: susun prioritas perubahan yang bisa diuji dalam 30 hari. Gunakan teknik time-boxing: alokasikan waktu terbatas untuk tugas tertentu (mis. 30 menit untuk menyusun draft SOP terperbaiki). Disiplin pada waktu ini menentukan apakah ilmu terimplementasi atau hanya menjadi kenangan pelatihan.
Pelatihan pengadaan paling efektif adalah yang memasukkan praktik simulasi—penyusunan dokumen, evaluasi penawaran, negotiation role-play, atau perhitungan HPS. Saat diberi kasus simulasi, perlakukan ini seperti tugas nyata: lakukan analisis risiko, susun dokumen, dan presentasikan rekomendasi. Berpartisipasilah aktif dalam role-play, ambil peran berbeda (PPK, panitia, penyedia) untuk memahami perspektif lain. Pengalaman ini memperdalam pemahaman tentang konsekuensi keputusan administratif.
Buat catatan reflektif setelah praktik: apa yang berjalan baik, dimana kebingungan muncul, dan apa yang perlu diperbaiki. Jika memungkinkan, rekam sesi praktik (video) untuk meninjau gestur, bahasa, dan logika presentasi. Untuk praktik perhitungan (HPS, evaluasi harga), gunakan spreadsheet sehingga Anda memiliki template siap pakai setelah pelatihan. Template yang dibuat selama praktik seringkali menjadi aset berharga saat kembali ke kantor.
Jika pelatihan tidak menyediakan praktik memadai, inisiatif mandiri diperlukan. Bawa contoh proyek nyata dari kantor (tanpa data sensitif) dan gunakan waktu praktik untuk menguji pendekatan baru. Minta feedback dari fasilitator pada akhir sesi. Selain itu, rencanakan pilot kecil di kantor: terapkan satu prosedur perbaikan pada paket kecil untuk melihat hasil riil. Praktik nyata dan pengujian lapangan memungkinkan Anda mengganti asumsi teoritik dengan bukti empiris.
Praktik juga penting untuk membangun confidence. Bagi banyak peserta, menerapkan prosedur baru di kantor terasa menakutkan; namun jika Anda telah mempraktikkannya selama pelatihan dan mendapat feedback positif, peluang adopsi di organisasi meningkat. Simulasi yang berulang mempercepat akseptansi dan mengurangi kesalahan implementasi awal.
Pelatihan sejatinya bukan titik akhir, melainkan awal perjalanan pembelajaran berkelanjutan. Manfaatkan materi digital yang disediakan: slide, rekaman, dan template. Simpan folder terstruktur di cloud agar mudah diakses ketika butuh referensi cepat. Selain materi pelatihan, isi perpustakaan digital Anda dengan sumber tambahan: peraturan terbaru, putusan pengadaan relevan, guideline donor jika terkait, serta whitepaper praktik terbaik.
Bergabunglah dengan komunitas profesional: forum online, grup WhatsApp/Telegram alumni pelatihan, dan asosiasi pengadaan. Komunitas ini menjadi sumber kasus nyata, template, dan tawaran mentoring. Aktif menanyakan kasus Anda di forum memberi solusi pragmatic dan memperluas jaringan. Jangan lupa follow up dengan fasilitator: banyak narasumber bersedia memberikan klarifikasi via email jika Anda menanyakan hal spesifik yang berkaitan dengan praktek di kantor.
Gunakan MOOCs, webinar, atau kursus singkat terkait teknik analisis risiko, pengelolaan kontrak, dan e-procurement. Topik-topik teknis seperti data analytics untuk procurement atau cyber security pada e-procurement semakin relevan. Mengikuti kursus tambahan meningkatkan perspektif dan nilai kompetensi Anda.
Terakhir, bangun perpustakaan template internal: RKS, TOR, matriks evaluasi, kontrak standar, dan checklist audit. Versi dokumen yang disesuaikan dengan praktik lokal mempercepat implementasi. Bagikan template ini ke tim dengan catatan revisi yang Anda lakukan pasca-pelatihan agar pengetahuan tersebar, bukan hanya tersimpan sendiri.
Evaluasi diri pasca-pelatihan adalah jembatan antara belajar dan bertindak. Dalam 48 jam pertama, tinjau catatan dan pilih 3–5 tindakan prioritas yang bisa Anda lakukan dalam 30 hari. Tuliskan rencana sederhana: tujuan, langkah konkrit, sumber daya yang dibutuhkan, penanggung jawab, dan indikator keberhasilan. Contoh: “Merevisi template evaluasi teknis pada paket barang kecil dalam 14 hari; owner: Seksi Pengadaan; indikator: berkurangnya pertanyaan klarifikasi 50%.”
Lakukan post-training meeting dengan atasan dan tim untuk menyampaikan insight dan minta persetujuan untuk pilot project kecil. Dukungan pimpinan meningkatkan kemungkinan alokasi waktu dan anggaran untuk eksperimen. Jadwalkan checkpoint: evaluasi 30 hari, 60 hari, dan 90 hari untuk mengukur perubahan nyata (mis. waktu proses tender turun, keluhan berkurang, kualitas spesifikasi meningkat).
Gunakan metrik sederhana untuk mengukur dampak: waktu siklus pengadaan, jumlah pertanyaan pra-kualifikasi, rasio penawaran yang memenuhi kualifikasi, atau pengurangan klaim kontraktual. Dokumentasikan setiap perbaikan sebagai evidence untuk manajemen: laporan kecil yang menunjukkan return on investment pelatihan (mis. penghematan biaya atau percepatan layanan). Evidence ini penting untuk pembiayaan pelatihan berikutnya.
Selain itu, lakukan evaluasi kompetensi: uji diri atau minta umpan balik kolega atas dokumen yang direvisi. Jika memungkinkan, mintalah fasilitator atau mentor meninjau hasil pilot secara singkat untuk mendapatkan masukan eksternal. Terakhir, jadikan evaluasi diri sebagai kebiasaan: setiap pelatihan yang Anda ikuti harus diikuti rencana aksi yang jelas dan pembuktian hasil. Ini menjadikan pelatihan sebagai alat perubahan organisasi, bukan hanya kegiatan individu.
Banyak peserta menghadapi hambatan yang mengurangi manfaat pelatihan: gangguan jadwal kerja, materi terlalu teoritis, fasilitator kurang interaktif, atau kurangnya dukungan organisasi pasca-pelatihan. Untuk mengatasi gangguan jadwal, rencanakan delegasi tugas sebelum berangkat: brief tim, tunjuk pengganti, dan pastikan eskalasi darurat berjalan. Jika materi terlalu teoritis, proaktif meminta contoh aplikasi dan meminta fasilitator membahas kasus nyata — bawalah kasus Anda jika memungkinkan.
Jika fasilitator kurang interaktif, inisiatif sendiri: ajak peserta lain membentuk study group, atau minta sesi breakout informal. Untuk pelatihan daring yang membosankan, gunakan fitur chat untuk memicu diskusi, minta polling, atau kirim link referensi singkat untuk menambah dinamika. Selalu sediakan daftar prioritas pertanyaan agar waktu bertemu fasilitator digunakan seefisien mungkin.
Masalah dukungan organisasi pasca-pelatihan seringkali lebih berat: langkah kecil bisa membantu — hasilkan satu deliverable konkrit (template, SOP ringkas, checklist) dan presentasikan dalam briefing singkat ke manajemen untuk menunjukkan nilai nyata. Menghubungkan perbaikan kecil ke target strategis organisasi (efisiensi, akuntabilitas) meningkatkan peluang mendapat dukungan. Jika tetap sulit, cari aliansi internal: rekan dari unit lain yang juga mengikuti pelatihan dan bisa menjadi sponsor internal.
Terakhir, atasi ketakutan gagal menerapkan perubahan dengan pilot kecil dan dokumentasi pembelajaran. Kegagalan pada skala kecil lebih mudah diperbaiki dan memberi pelajaran berharga sebelum skala besar. Kuncinya: fokus pada aksi kecil, bukti nyata, dan komunikasi yang jelas kepada pimpinan.
Mengikuti pelatihan pengadaan secara efektif memerlukan perencanaan, keterlibatan aktif, dan strategi tindak lanjut yang sistematis. Dimulai dari memahami tujuan dan kurikulum, mempersiapkan diri secara logistik dan mental, serta menerapkan teknik belajar aktif selama sesi, peserta dapat meningkatkan peluang transfer pengetahuan ke praktik kerja. Interaksi yang terencana dengan fasilitator dan peserta lain, pencatatan yang efektif, dan praktik simulasi merupakan elemen penting yang mempercepat pembelajaran. Setelah pelatihan, langkah paling menentukan adalah evaluasi diri, merancang rencana aksi, dan menguji perubahan melalui pilot kecil yang terukur.
Kendala seperti materi yang teoritis atau minimnya dukungan organisasi dapat diatasi dengan inisiatif dan bukti nyata hasil perbaikan kecil. Manfaat pelatihan tidak hanya pada sertifikat tetapi pada kemampuan Anda memperbaiki proses pengadaan—mengurangi risiko, mempercepat layanan publik, dan meningkatkan akuntabilitas. Dengan pendekatan yang sistematis, setiap peserta dapat memastikan investasi waktu dan sumber daya dalam pelatihan menghasilkan perubahan nyata dan berkelanjutan di organisasi.