Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Ngobrol santai seputar pengadaan
Ngobrol santai seputar pengadaan
Perusahaan e-commerce raksasa Amazon dikenal tidak hanya karena skala bisnisnya yang masif, tetapi juga inovasi tiada henti dalam hal teknologi dan proses pengadaan (procurement) global. Dari pusat pemenuhan otomatis di Amerika Serikat hingga jaringan logistik yang menghubungkan puluhan negara, Amazon memanfaatkan berbagai teknologi canggih dan metode operasional terukur untuk memastikan barang sampai tepat waktu dengan biaya efisien. Dalam artikel sepanjang 3000 kata ini, kita akan membedah bagaimana Amazon merancang sistem pengadaan globalnya, teknologi apa saja yang digunakan, serta pelajaran praktis yang bisa diambil oleh perusahaan lain.
Amazon memulai operasionalnya pada 1994 sebagai toko buku online. Kini, dalam kurang dari tiga dekade, perusahaan ini menjelma menjadi raksasa global di berbagai lini: e-commerce, cloud computing (AWS), hiburan digital (Prime Video), hingga layanan logistik terakhir (Amazon Logistics). Keberhasilan Amazon tak lepas dari fokus mereka pada pelanggan (customer obsession), inovasi konstan, dan kultur “day one” yang mendorong setiap tim untuk terus memperbaiki diri.
Di ranah pengadaan global, Amazon menghadapi tantangan sangat besar: beragam produk (dari buku, elektronik, hingga kebutuhan sehari-hari), jutaan transaksi harian, dan ekspektasi pengiriman cepat (one-day atau same-day delivery). Untuk mengelola kompleksitas ini, Amazon merancang arsitektur supply chain yang terintegrasi dengan teknologi mutakhir. Kita akan menelusuri setiap lapisan proses tersebut dan belajar apa yang dapat diadaptasi oleh perusahaan lain.
Sistem pengadaan global Amazon dibangun di atas tiga pilar utama:
Amazon memiliki ratusan fulfillment center (FC) di seluruh dunia. Setiap FC dioptimalkan berdasarkan produktivitas, jenis produk, dan kedekatan ke wilayah permintaan tinggi. Zona internal FC dipecah menjadi area penyimpanan (storage), area pemesanan (picking), dan area pengepakan (packing). Zona-zona ini diatur sedemikian rupa agar robot dan pekerja manusia dapat berkoordinasi dengan cepat.
Dari FC, barang dikirim ke “sortation centers” yang memisahkan paket berdasarkan zona pengiriman, lalu dilanjutkan ke “last-mile delivery stations”. Amazon bahkan membangun armada kurir sendiri (“Delivery Service Partners”) untuk menjaga kontrol penuh pada tahap akhir pengiriman.
Selain menjual produk langsung (first-party), Amazon membuka marketplace untuk penjual pihak ketiga (third-party sellers). Sistem procurement Anderson menyediakan arus barang dari vendor global, sehingga Amazon dapat menawarkan katalog puluhan juta SKU.
Pada 2012 Amazon mengakuisisi Kiva Systems—perusahaan pengembang robot warehouse. Robot Kiva (sekarang Amazon Robotics) mengantar rak produk ke pekerja manusia, meminimalkan waktu berjalan, dan meningkatkan throughput hingga 3–4 kali lipat dibandingkan proses manual.
Amazon memanfaatkan kombinasi robot, conveyor, dan wearable device (scanner tangan dengan headset). Scanner terintegrasi dengan sistem WMS (Warehouse Management System) yang memberikan instruksi real-time: item mana yang diambil, dari rak mana, dan jalur tercepat menuju packing station.
Mesin cetak label otomatis dan pengemas otomatis (auto-baggers) mempercepat proses packing. Algoritma Amazon memilih ukuran kotak optimal untuk meminimalkan penggunaan bahan pengepakan dan biaya pengiriman.
Amazon mencatat jutaan titik data: penjualan harian per SKU, waktu puncak, tren musiman, dan perilaku pencarian pelanggan. Dengan AWS SageMaker, data ini diolah menjadi model prediktif yang memproyeksikan stok yang dibutuhkan per product per FC.
Berdasarkan prediksi, Amazon memindahkan stok antar FC (inbound and transfer shipments). Misalnya, ketika model memperkirakan lonjakan permintaan mainan menjelang liburan Natal di wilayah Eropa, stok dialokasikan ke FC di itu lebih dulu.
Alih-alih menetapkan safety stock statis, Amazon menjalankan continuous monitoring terhadap lead time dan variabilitas permintaan. Sistem menyesuaikan level safety stock per-SKU untuk meminimalkan risiko kehabisan stok sekaligus menjaga modal kerja.
Amazon mengembangkan WMS proprietary yang terintegrasi dengan robotic control. WMS memonitor lokasi real-time setiap rak dan item, mengatur slotting (penempatan barang) supaya item cepat habis disimpan di zona “fast-moving”.
Semua tim—procurement, operations, bahkan customer service—dapat melihat stok terkini di seluruh FC. Ketika pelanggan memesan, sistem mengecek stok di FC terdekat yang dapat memenuhi pesanan paling efisien.
Amazon menyediakan Multi-Channel Fulfillment (MCF) bagi seller eksternal: mereka bisa memakai infrastruktur FC Amazon untuk memenuhi pesanan dari channel lain (situs web sendiri, marketplace lain). Ini menambah skala dan mendiversifikasi aliran masuk barang ke FC.
Amazon Business membantu organisasi (Perusahaan, Pemerintah, Pendidikan) membeli barang operasional dengan fitur–fitur khusus: volume pricing, approval workflows, dan analytics. Procurement teams bisa mengelola pengguna, menetapkan budget, dan memantau spending di dashboard.
Lewat PunchOut catalogs, sistem procurement perusahaan dapat terhubung langsung ke katalog Amazon Business. Ini menyederhanakan proses pembelian: user memilih produk di interface Amazon, lalu purchase order dibuat di sistem ERP perusahaan (Oracle, SAP).
Amazon menyediakan API untuk automasi:
Amazon memanfaatkan EDI untuk pertukaran dokumen standar (PO, ASN, Invoice) dengan vendor besar. EDI memungkinkan transaksi B2B yang lebih cepat dan terstandar ketimbang email atau portal manual.
Amazon memberikan feedback kuartalan kepada vendor lewat scorecards:
Amazon Logistics memperkuat jaringan kurir dengan model DSP: pengusaha mikro yang mengoperasikan armada van berlogo Amazon. DSP mendapatkan training, aplikasi route optimization, dan dukungan back-office.
Algoritma AWS compute rute optimal berdasarkan data lalu lintas real-time dan kapasitas paket. Hasilnya, kurir mengantar lebih banyak paket per shift dengan waktu paling efisien.
Untuk area suburban dan rural di AS, Amazon menguji robot Scout—seperti troli otomatis yang berjalan di trotoar. Prime Air menggunakan drone untuk pengiriman paket kecil dalam radius beberapa kilometer, menurunkan last-mile cost.
Amazon menyimpan dan memproses petabytes data logistik, inventaris, dan transaksi marketplace di AWS. Layanan seperti S3, Redshift, dan EMR memungkinkan data-lake terpusat untuk reporting dan analytics.
Sensor suhu, getaran, dan GPS terpasang pada rak robot, kendaraan pengiriman, serta container internasional. Data IoT dikirim ke AWS IoT Core untuk memantau kondisi barang (Cold Chain, anti-vibration) dan lokasi.
Amazon menggunakan SageMaker untuk melatih model peramalan permintaan, deteksi penipuan, hingga optimasi rute pengiriman. Model di-deploy ke endpoint real-time yang menyuplai sistem fulfillment dan logistik.
Amazon menerapkan compliance standar ISO, HACCP (untuk produk makanan), dan audit keamanan siber (C2PA) untuk semua vendor. Kontrak mencantumkan SLA keamanan data, enkripsi, dan audit trail.
Memasuki puluhan negara berarti Amazon harus mematuhi regulasi import/export, pajak, serta peraturan lingkungan. Tim global trade compliance menjaga dokumen dan proses bea cukai.
Program Shipment Zero menargetkan 50% pengiriman “net zero carbon” pada 2030. Amazon menggunakan kendaraan listrik, kemasan ramah lingkungan, dan offset karbon untuk menurunkan jejak emisi.
Amazon selalu memulai inovasi “power of the press release”—menulis press release produk baru sebelum dikembangkan, sehingga tim fokus pada kebutuhan pelanggan. Budaya “Day One” memastikan semangat startup tetap hidup.
Amazon memiliki “Anytime Feedback Tool” dan “Corrections of Error (COE)” reports di tiap fulfillment center. Data harian dianalisa, kemudian workshop Kaizen diadakan untuk mengidentifikasi “waste” dan implementasi perbaikan.
Tim kecil (cukup makan dengan dua pizza) membuat tim agile yang dapat mengambil keputusan cepat, termasuk tim procurement dan supply chain. Struktur ini memfasilitasi iterasi dan inovasi terus-menerus.
Dari akuisisi Kiva hingga ekspansi Amazon Business, raksasa ini menunjukkan bahwa teknologi, data, dan budaya inovasi saling melengkapi dalam membangun sistem pengadaan global yang lincah dan efisien. Bagi perusahaan lain—apapun skalanya—pelajaran utama adalah:
Dengan mengadaptasi praktik-praktik Amazon secara kontekstual, perusahaan dapat membangun supply chain yang lebih responsif, hemat biaya, dan siap bersaing di era digital. Semoga artikel ini memberi wawasan dan inspirasi untuk membawa pengadaan Anda ke level berikutnya!